Monday, May 18, 2009

Berbagi keindahan dalam seulas senyum


Tetangga dekat saya, Pak Djon meninggal dunia hari ini pada pukul 9.45 dalam usia 72 tahun karena penyakit stroke yang sudah cukup lama. Ketika mendengar berita tersebut, saya bergegas menuju ke rumahnya yang kebetulan bersebelahan dengan rumah saya. Walaupun saya tidak sempat bertemu dengan Pak Djon sebelum meninggal, namun Ibu Christine (istri Pak Djon) masih memberikan saya kesempatan untuk melihat jenasah Pak Djon untuk terakhir kalinya sebelum Pak Don dimakamkan. Pagi itu, Pak Djon terbaring tenang, dengan seulas senyum menghiasi wajahnya.

Sebetulnya saya jarang mengobrol panjang lebar dengan Pak Djon. Namun ada kesan yang cukup mendalam di hati saya tentang sosok Pak Djon yang saya kenal. Sejak saya pindah ke rumah itu beberapa tahun yang lalu, setiap pagi di saat saya berangkat beraktifitas, Pak Djon selalu menyapa saya dengan tersenyum lebar, seraya melambaikan tangannya sambil mengucapkan “Selamat Pagi”.

Beberapa bulan terakhir ini kesehatan Pak Djon memang menurun karena beliau menjadi agak sulit berjalan dan berbicara. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi Pak Djon untuk tetap memberikan senyumnya kepada setiap orang yang lewat di depan rumahnya, walaupun tanpa diiringi ucapan “Selamat Pagi” lagi, karena kondisi kesehatannya yang sulit untuk bisa berbicara.

Pagi itu, ketika saya melayat di rumahnya, dan mengobrol dengan para tetangga, rupanya mereka juga memiliki kesan yang sama tentang Pak Djon. Mereka juga merasakan kesejukan setiap melihat senyum Pak Djon saat lewat di depan rumahnya. Sebetulnya apa yang dilakukan Pak Djon sangatlah sederhana, tetapi besar maknanya bagi saya dan orang-orang di sekelilingnya. Dan yang membuat saya kagum terhadap Pak Djon adalah bahwa ternyata dalam kondisi sakit stroke, hal itu tidak merintangi Pak Djon untuk tetap menikmati hidup dan berbagi keceriaan terhadap semua orang dengan senyumnya. Senyum itulah yang mengisi hari-hari indah saya. Senyum itulah yang membuat saya bersyukur di setiap pagi . Senyum itulah yang mengawali aktifitas saya dengan keceriaan. Senyum itulah yang membuat saya menjadi lebih menghargai arti kehidupan.

Pak Djon memang telah pergi, namun saya yakin senyumnya yang tulus akan selalu menghiasi hati sanubari orang-orang di dekatnya. Sebuah senyum yang sederhana, tetapi sangat dalam maknanya. Seperti sekuntum bunga yang memberikan warna yang indah bagi lingkungan di sekelilingnya.

Selamat jalan, Pak Djon. Terima kasih atas senyum tulus yang telah Pak Djon berikan selama ini. Semoga Pak Djon beristirahat di dalam kedamaian yang abadi. Salam hangat.
Written by : Ati Paramita
Photo : The brightness of hibiscus flower by Ati Paramita

No comments:

Post a Comment